Suri Penerbit Bandung

Bagikan ini informasi pada semua orang yang anda kenal, karena hanya kami yang menerbitkan buku-buku khusus untuk pendidikan bagi para mahasiswa dan guru-guru seluruh Indonesia, karena melalui anda masa depan pendidikan Indonesia akan lebih baik.

Selasa, 28 Desember 2010

INVESMENT


Sebelum Indonesia merdeka, hanya sedikit pemuda yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi –  Ir. Soekarno di “Technische Hooge School”, kini ITB Bandung, Dokter Soetomo, dkk di STOVIA (Sekolah Kedokteran) Jakarta, dan lain-lainnya. Setelah Indonesia merdeka (Proklamasi, 17 Agustus 1945) makin banyak pemuda & pemudi bangsa membanjiri, masuk ke Perguruan Tinggi – Negeri (dikelola Pemerintah) & Swasta (dikelola Yayasan-yayasan Pendidikan Swasta).
Bagaimana kondisi pembiayaan, pendanaan institusi- institusi Perguruan Tinggi itu ? Institusi-institusi PTN (Perguruan Tinggi Negeri) jelas memperoleh subsidi dari Pemerintah Republik Indonesia, sedang PTS (Perguruan Tinggi Swasta) didanai oleh Yayasan-yayasan yang mendirikannya.
Memasuki abad ke 21, berkembang persaingan- persaingan yang semakin ketat :
·         seleksi (mahasiswa) memasuki perguruan tinggi; dan
·         membengkaknya biaya perkuliahan di perguruan tinggi.
Mengacu kepada “kemandirian” (autonomi) pergu- ruan tinggi dalam pengelolaannya – termasuk anggaran pembiayaannya – dewasa ini setiap institusi Perguruan Tinggi (Negeri atau Swasta) berusaha mmenuhi kebutuhan dana bagi pengoperasiannya. Pada poin ini, investmen (penanaman modal) terutama dari para pebisnis (pelaku-pelaku perusahaan) berperan penting.
Buku kecil ini mencoba membuka suatu wawasan pemikiran kritis perihal investmen termaksud … semoga bermanfaat.

Jumat, 17 Desember 2010

MENGAJAR DAN DEMENSI-DIMENSI BELAJAR

Para calon guru pada lembaga-lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Guru-guru pada Jenjang-jenjang Pendidikan Dasar & Menengah, dan Dosen-dosen/Asisten-asisten Dosen pada Jenjang Pendidikan Tinggi dapat mempergunakan pula buku ini untuk memperluas wawasannya tentang paradigma-paradigma baru “Mengajar & Dimensi-dimensi Belajar” masa kini.
Patut diakui bahwa ada usaha-usaha perubahan ke arah itu, misalnya kebijakan “link and match” (keterkaitan & kesepadanan) yang dicanangkan oleh Menteri Depdikbud kita sekarang - dengan penye-lenggaraan Sekolah-sekolah Menengah Keteram-pilan, sistem Permagangan murid-murid sekolah-sekolah tersebut di Perusahaan-perusahaan, dan sebagainya.
Namun, inisiatif-inisiatif perubahan pendidikan itu belum menyentuh secara langsung “jantung” permasalahan, yaitu kerelasian yang dinamik dan sistemik di antara “bagaimana guru-guru mengajar” dan “bagaimana murid-murid belajar”.
Dalam upaya termaksud, buku ini mencoba memperkenalkan suatu model instruksional (hasil riset lebih dari 30 tahun di USA) yang disebut Dimensi-dimensi Belajar. Model instruksional ini didesain untuk  memfokuskan usaha-usaha reformasi dan transformasi mengenai “authentic student learning” dengan mengubah paradigma instruksional sekarang untuk merefleksikan tentang “bagaimana sebenarnya murid-murid belajar”.
vi
 
Kerangka Dimensi-dimensi Belajar yang diperke-nalkan di sini disusun berdasarkan asumsi bahwa proses belajar mencakup interaksi-interaksi dinamik di antara lima tipe atau Dimensi Berpikir : (1) sikap-sikap & persepsi-persepsi positif terhadap belajar, (2) berpikir terkandung dalam penguasaan & pengintegrasian pengetahun, (3) berpikir terkandung dalam perluasan & penghalusan pengetahuan, (4) berpikir terkandung dalam penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) kebiasaan-kebiasaan berpikir produktif.
Asumsi tentang lima tipe/dimensi berpikir itu menekankan bahwa belajar merupakan suatu proses mengkonstruk pengertian-pengertian. Pelajar-pelajar di kelas harus mampu meningkatkan dan mengembangkan secara sistematik dimensi-dimensi itu, jika mereka mau menjadi pelajar-pelajar konstruktif – dengan mengga-lakkan kapasitasnya untuk mengembangkan respon-sibilitas bagi belajarnya sendiri dan dengan pengetahu-annya tentang bagaimana mengases atau mengevaluasi pertumbuhannya sendiri. Sasaran intinya, ialah agar murid-murid menjadi pelajar-pelajar independen yang dapat mengaktualisasi abilitasnya untuk terus belajar sepanjang hayat.
Keistimewaan model Dimensi-dimensi Belajar yang diperkenalkan bagi usaha-usaha perbaikan dan/atau peningkatan kualitas pendidikan melalui reformasi & transformasi pengajaran (dari kelas-kelas tradisional menjadi kelas-kelas kontemporer) ialah penekanannya pada penggunaan & pengintegrasian secara aktual “apa sebenarnya belajar” dalam proses instruksional.
Diharapkan, moga-moga setiap tenaga pengajar menjadi pakar tentang belajar dan memanfaatkan pengetahuannya itu untuk mengembangkan dan mengintegrasikan kurikulum, pengajaran, dan asesmen. Dimensi-dimensi Belajar yang diperkenalkan dalam buku ini – bila dipahami & diimplementasikan secara konsisten – dapat memberikan suatu kerangka dasar untuk lebih memahami dinamika mengajar & belajar, dan dapat mengembangkan kemitraan belajar di antara pengajar dan pelajar.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi usaha-usaha tersebut.
Pada edisi ke 2 ini, Buku itu “di-review” dan dipandang masih relevan dan amat fungsional bagi para tenaga pendidik – pada Jenjang-jenjang Pendidikan Dasar & Menengah, dan Pendidikan Tinggi – dalam memper-baiki Strategi-strategi Instruksionalnya, berwawasan Dimensi-dimensi Belajar.